Kalau kamu punya bisnis atau lagi belajar soal pemasaran, pasti sering dengar istilah marketing funnel. Lalu, kamu mungkin bertanya-tanya, apa sih marketing funnel itu? seberapa penting buat kamu pahami? dan bagaimana marketing funnel akan mempengaruhi bisnis kamu?
Menariknya, marketing funnel ini gak hanya ada di dunia bisnis, buat kamu yang interest ke dunia social media marketing atau social media specialist, kamu juga perlu banget buat paham sama alur marketing funnel ini.
Nah, biar gak usah basa-basi lagi, yuk langsung aja kita bahas, sebenernya apasih marketing funnel itu?
1. Apa Itu Marketing Funnel?
Secara bahasa, marketing funnel berarti “corong pemasaran.” Istilah ini menggunakan analogi corong (funnel) karena menggambarkan proses di mana audiens yang luas secara bertahap disaring hingga menghasilkan pelanggan yang benar-benar melakukan pembelian. Ibarat corong, banyak orang masuk di bagian atas, tapi hanya sebagian kecil yang akhirnya keluar di bagian bawah sebagai pelanggan.
Mudahnya, marketing funnel itu sebuah kerangka kerja dalam pemasaran yang menggambarkan tahapan yang dilalui oleh calon pelanggan.
Misalnya, kamu sedang mencari parfum cowok dengan aroma maskulin. Di tahap awal, kamu mulai melakukan proses pencarian, mencari brand-brand parfum yang menyediakan parfum sesuai yang kamu mau. Setelah proses panjang, kamu akhirnya menemukan beberapa brand dan mulai mencari tahu testimoni tentang parfum-parfum tersebut di internet. Setelah membaca review dan merasa yakin, kamu memutuskan untuk membeli salah satu parfum dari brand yang kamu pilih. Setelah itu, kamu menggunakan parfum tersebut, merasa puas, dan akhirnya ikut menjadi bagian dari orang-orang yang memberikan testimoni di internet. Nah, inilah gambaran sederhana dari marketing funnel!
Lanjut, marketing funnel ini seringkali disebut sebagai customer journey, atau perjalanan audiens dari awal mengenal produk kamu, sampe akhirnya merekomendasikannya ke orang lain, dan kerennya lagi, customer journey ini, udah punya level-level nya sendiri, dari tingkat pertama, sampai tingkat terakhir. Mau tau apa aja? yuk kita lanjut bahas.
2. Konsep Marketing Funnel
Marketing funnel biasanya terdiri dari beberapa tahapan atau tingkat utama yang merepresentasikan perjalanan audiens kamu. Merujuk dari Semrush, tahapan ini dibagi menjadi beberapa tingkat umum seperti berikut:

1. Awareness (Kesadaran)
Ini adalah tahap pertama, di mana calon pelanggan mulai ngeh atau sadar dengan keberadaan produk atau brand kamu. Biasanya, mereka nggak langsung cari produk kamu, tapi mereka lagi nyari solusi untuk masalah atau kebutuhan tertentu. Di tahap ini, tugas kamu adalah bikin mereka tahu soal brand kamu lewat:
- Iklan di media sosial atau Google.
- Konten menarik seperti blog, video, atau postingan.
- Optimasi SEO supaya mudah ditemukan di mesin pencari.
2. Consideration (Pertimbangan)
Di tahap ini, calon pelanggan udah mulai tertarik dan mempertimbangkan brand kamu sebagai salah satu opsi. Mereka mungkin mulai riset lebih dalam, bandingin produk kamu dengan kompetitor, dan cari tahu apakah produk kamu bisa memenuhi kebutuhan mereka. Tugas kamu di sini adalah:
- Menyediakan informasi lengkap tentang produk (fitur, manfaat, dll).
- Membagikan ulasan atau testimoni pelanggan.
- Menawarkan lead magnet, seperti diskon pertama atau konten gratis (e-book, webinar).
3. Conversion (Konversi)
Nah, ini adalah tahap paling krusial: calon pelanggan akhirnya mengambil keputusan buat beli produk kamu. Tapi, mereka masih bisa ragu kalau nggak ada dorongan yang cukup kuat. Di sini, kamu perlu:
- Menawarkan promo menarik, seperti diskon atau bundling produk.
- Memastikan proses pembelian lancar, misalnya dengan halaman checkout yang mudah.
- Memberikan jaminan, seperti garansi uang kembali atau dukungan pelanggan yang responsif.
4. Loyalty (Loyalitas)
Setelah pelanggan beli, tugas kamu belum selesai. Tahap ini tentang menjaga hubungan dengan mereka supaya mereka nggak cuma beli sekali, tapi terus datang kembali. Kamu bisa membangun loyalitas dengan cara:
- Mengirimkan email thank you atau ucapan terima kasih setelah pembelian.
- Memberikan program loyalitas seperti poin reward atau cashback.
- Menawarkan diskon khusus untuk pembelian berikutnya.
5. Advocacy (Advokasi)
Di tahap terakhir ini, pelanggan kamu udah nggak cuma loyal, tapi juga jadi “pendukung” atau advocate untuk brand kamu. Mereka secara sukarela merekomendasikan produk kamu ke orang lain karena merasa puas. Cara bikin mereka jadi pendukung brand:
- Meminta ulasan atau testimoni positif.
- Membuat program referral (misalnya, dapat bonus jika ajak teman).
- Terus menjaga kualitas produk dan layanan supaya mereka tetap puas.

Setelah kita memahami marketing funnel secara luas, sekarang mari kita berbicara dalam konteks social media marketing, dimana marekting funnel ini, erat kaitannya dalam dunia social media marketing.
Bisa dibilang Social media adalah salah satu platform terbaik untuk menerapkan marketing funnel karena dalam pembuatan konten, kita gabisa semata-mata hanya membuat konten viral, lalu selesai begitu saja, selalu ada objektif tersendiri di setiap kontennya. Agar mudah, mari kita bahas langsung tahapan marketing funnel yang diterapkan di media sosial:
1. Awareness (Kenalan Dulu)
Tahap ini buat bikin orang tahu kalau brand atau produk kamu ada. Di media sosial, kamu bisa:
- Bikin konten yang menarik perhatian, seperti video pendek, meme, atau infografis.
- Gunakan iklan, misalnya Facebook Ads atau TikTok Ads, buat jangkau lebih banyak orang.
- Kolaborasi sama influencer biar produk kamu makin dikenal.
Pokoknya, fokusnya bikin sebanyak mungkin orang ngeh sama brand kamu!
2. Consideration (Mulai Tertarik)
Setelah tahu produk kamu, orang mulai penasaran. Mereka bakal cari tahu lebih lanjut, dan ini saatnya kamu kasih informasi yang jelas dan menarik. Contohnya:
- Postingan tentang manfaat produk atau cara pakainya.
- Video tutorial, ulasan, atau demo produk.
- Polling atau sesi Q&A di Instagram Stories untuk bikin audiens terlibat.
Intinya, bikin mereka makin percaya kalau produk kamu itu worth it!
3. Conversion (Saatnya Action)
Nah, ini tahap penting banget. Orang udah siap buat ambil keputusan, tapi kamu tetap harus dorong mereka biar yakin beli. Di sini, kamu bisa:
- Kasih promo atau diskon khusus, misalnya “Diskon 20% hari ini aja!”
- Pakai tombol CTA (Call-to-Action) yang jelas, kayak “Swipe Up buat beli sekarang!”
- Bikin postingan tentang urgency, kayak stok terbatas atau promo waktu singkat.
Pastikan proses beli simpel, karena orang di media sosial nggak suka ribet!
4. Loyalty (Biar Mereka Tetap Balik)
Setelah mereka beli, jangan lupa jaga hubungan. Media sosial itu tempat pas buat bangun loyalitas pelanggan. Kamu bisa:
- Kasih ucapan terima kasih lewat DM atau mention mereka di postingan.
- Buat konten spesial, kayak tips penggunaan produk atau sneak peek produk baru.
- Tawarkan program loyalitas, misalnya poin reward untuk pembelian berikutnya.
Tujuannya? Biar mereka balik lagi dan terus beli produk kamu.
5. Advocacy (Bikin Mereka Jadi Pendukung Setia)
Kalau pelanggan puas, mereka bisa jadi advocate atau pendukung brand kamu. Mereka bakal cerita ke teman-teman mereka tanpa kamu minta. Di sini, kamu bisa:
- Ajak mereka bikin konten tentang pengalaman pakai produk kamu (user-generated content).
- Bikin program referral, misalnya “Ajak teman, dapat diskon Rp50.000!”
- Repost testimoni mereka di akun kamu biar mereka merasa diapresiasi
4. Manfaat Marketing Funnel
Penerapan Marketing funnel di media sosial juga punya manfaat, dan karena Sosial media itu platform yang fleksibel banget, jadi tiap tahap funnel bisa dioptimalkan sesuai karakter audiens kamu. Di tahap awareness, misalnya, kamu bisa pakai konten kreatif kayak video pendek, meme, atau kolaborasi dengan influencer untuk bikin orang ngeh sama brand kamu. Pas di tahap consideration, fokusnya lebih ke edukasi, misalnya lewat tutorial, ulasan produk, atau Q&A di stories.
Di tahap conversion, media sosial bikin kamu bisa langsung dorong pelanggan buat ambil tindakan, kayak beli produk lewat fitur shop now atau swipe up. Dan setelah mereka beli, sosial media tetap bisa dipakai buat bangun loyalitas, misalnya dengan konten exclusive, ucapan terima kasih, atau program reward. Terakhir, di tahap advocacy, pelanggan yang puas bisa jadi pendukung brand kamu dengan cara bagikan pengalaman mereka di sosmed atau ikut program referral.
Baca Juga: Segmentasi Pasar dalam Digital Marketing: 4 Strategi Ampuh untuk Menarik Pelanggan!
5. Marketing Funnel dan campaign, bagaimana konsepnya?
Oh ya, marketing funnel juga erat kaitannya dalam proses campaign, dimana campaign sendiri terbagi menjadi 3 kategori:
- always-on campaign,
- seasonal campaign,
- dan tactical campaign.
Setiap jenis campaign ini memiliki peran yang berbeda, tetapi saling mendukung dalam membimbing pelanggan melalui tahapan funnel, mulai dari kesadaran hingga advokasi. Berikut penjelasannya:
- Always-On Campaign
Campaign ini berjalan terus-menerus untuk menjaga brand presence di pasar. Always-on campaign berkaitan erat dengan tahap awareness dan loyalty dalam marketing funnel. Tujuannya adalah memastikan brand kamu tetap relevan dan terlihat oleh audiens sepanjang waktu, sehingga menjadi pilihan utama ketika mereka membutuhkan produk atau layanan yang kamu tawarkan. Contohnya:- Konten edukasi yang konsisten di media sosial.
- Retargeting ads untuk menjangkau audiens yang pernah berinteraksi dengan brand kamu.
- Email marketing yang mengingatkan pelanggan tentang produk terbaru atau promo reguler.
- Seasonal Campaign
Campaign ini berfokus pada momen atau musim tertentu, seperti liburan, hari raya, atau acara besar. Seasonal campaign paling cocok untuk tahap consideration dan conversion dalam marketing funnel, karena audiens biasanya sedang dalam mode pertimbangan untuk membeli sesuatu yang relevan dengan musim tersebut. Contohnya:- Promo spesial Ramadan, Natal, atau Tahun Baru.
- Konten bertema musim atau acara tertentu untuk menarik perhatian.
- Penawaran bundling yang hanya tersedia dalam periode tertentu.
- Tactical Campaign
Campaign ini dirancang untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka pendek, seperti meningkatkan penjualan atau meluncurkan produk baru. Tactical campaign biasanya berfokus pada tahap conversion dan advocacy, karena tujuannya adalah mendorong audiens untuk segera bertindak. Contohnya:- Flash sale dengan waktu terbatas.
- Program referral yang memberikan insentif kepada pelanggan untuk mengajak teman.
- Iklan yang menargetkan pengguna dengan niat beli tinggi, seperti mereka yang pernah mengunjungi halaman produk.
6. Common Mistakes dalam Penerapan Marketing Funnel
Strategi udah disusun, konten udah rajin diposting… tapi kenapa hasilnya nggak maksimal? Nah, bisa jadi kamu masih terjebak di beberapa kesalahan umum berikut ini
1. Terlalu Fokus di Awareness, Lupa Nurture Audiens
Pertama, yang paling sering terjadi adalah brand terlalu fokus di tahap awareness. Karena ingin cepat dikenal, mereka sibuk bikin konten viral, pasang ads besar-besaran, dan ngebut cari exposure. Tapi sayangnya, ketika audiens mulai aware, mereka tidak diarahkan ke langkah selanjutnya. Tidak ada konten edukasi, tidak ada informasi lebih lanjut. Akibatnya? Audiens hanya lewat begitu saja, tanpa pernah benar-benar tertarik atau mengingat brand tersebut.
2. Langsung Jualan di Tahap Pertama
Baru muncul satu dua kali di feed audiens, langsung mengajak beli. Hard selling dari awal ini seringkali malah bikin audiens ilfeel. Mereka merasa brand-nya agresif, belum kenal tapi udah nawarin produk. Padahal, membangun rasa percaya itu penting — dan itu butuh waktu serta pendekatan yang tepat.
3. CTA Nggak Jelas atau Terlalu Ribet
Kesalahan lainnya adalah soal CTA. Banyak konten yang bagus, desainnya menarik, caption-nya oke — tapi tidak memberi arahan yang jelas kepada audiens. Atau, kalaupun ada, prosesnya terlalu ribet: harus klik link ini, lalu masuk ke halaman lain, baru cari-cari lagi. Di era serba cepat seperti sekarang, audiens nggak punya waktu untuk ribet. CTA harus jelas, singkat, dan langsung mengarahkan.
4. Kontennya Nggak Nyambung antar Tahap
Penting juga untuk menyadari bahwa konten social media harus punya alur. Banyak brand yang kontennya bagus satu per satu, tapi nggak nyambung antar tahap. Hari ini bahas edukasi, besok langsung diskon, lusa bahas sesuatu yang nggak relevan. Akibatnya, audiens jadi bingung: sebenarnya brand ini mau ngajarin, ngajak beli, atau sekadar eksis?
5. Nggak Punya Konten BOFU (Bottom of Funnel)
Dan yang terakhir, tapi nggak kalah penting yaitu,banyak yang lupa menyiapkan konten untuk closing. Mereka jago bikin orang tertarik, berhasil bangun engagement, tapi ketika audiens udah siap beli, nggak ada konten pendukung seperti promo, link pembelian, atau ajakan yang jelas. Padahal, inilah momen krusial di funnel: saat audiens berubah jadi pembeli.
Kesimpulan
Marketing funnel bukan sekadar teori, tapi panduan strategis untuk membangun relasi yang kuat dengan audiens hingga akhirnya mereka menjadi pelanggan setia. Dengan memahami tiap tahap dan menghindari kesalahan umum, brand bisa mengoptimalkan social media sebagai alat pemasaran yang efektif dan berkelanjutan.
Nah, seperti itulah buat pembahasan marketing funnel kita kali ini, semoga bisa menambah wawasan kamu mengenai dunia marketing dan social media marketing ya!!
Yuk bagikan artikel ini kalau kamu merasa insight seputar marketing funnel ini bermanfaat!
Buat kamu yang ingin terus upgrade skill dan makin paham cara kerja digital marketing di berbagai platform sosial media, langsung aja gabung ke komunitas belajarsosmed.com di Telegram! Di sana, kamu bisa ngobrol bareng praktisi, tukar pengalaman, dan dapetin update tren terkini setiap hari.
Sampai ketemu di artikel selanjutnya, ya! Terus eksplor dunia media sosial dan maksimalkan potensinya untuk bisnismu
Pingback: Apa Itu Content Marketing? Prinsip Dasar dan 4 tips bikin Content Kamu Lebih Maksimal!