Di era digital yang serba cepat dan kompetitif, brand tidak hanya bersaing lewat produk dan harga. Hubungan emosional dengan audiens menjadi salah satu kunci kesuksesan. Di sinilah peran brand ambassador jadi sangat vital. Mereka bukan sekadar wajah dari sebuah brand, tapi juga perpanjangan tangan yang membangun kepercayaan publik lewat media digital.
1. Brand Ambassador Adalah: Lebih dari Sekadar Promotor
Brand ambassador adalah individu yang dipilih oleh sebuah brand untuk menjadi wajah dan suara dari produk atau layanan mereka. Mereka bisa berasal dari berbagai latar belakang—mulai dari selebritas papan atas, influencer media sosial dengan audiens loyal, hingga pelanggan setia yang punya pengalaman positif dengan brand tersebut. Yang membedakan brand ambassador dari sekadar endorse adalah keterlibatannya yang lebih dalam, personal, dan berjangka panjang dalam membangun hubungan antara brand dan audiens.

Tidak seperti endorsement yang biasanya hanya melibatkan satu atau dua postingan promosi dalam jangka waktu singkat, kerja sama brand ambassador bersifat lebih menyeluruh. Mereka tidak hanya muncul saat campaign, tapi menjadi bagian dari narasi dan perjalanan brand itu sendiri. Misalnya, mereka bisa muncul dalam berbagai jenis konten: mulai dari story behind the scenes, live session, testimoni, video edukatif, hingga aktivasi di event online maupun offline.
Brand ambassador dipilih bukan hanya karena popularitasnya, tapi karena mereka dianggap mampu merepresentasikan nilai-nilai inti dari brand secara autentik. Artinya, gaya hidup, kepribadian, dan konten yang mereka buat sudah selaras dengan citra brand bahkan sebelum kerja sama dimulai. Hal ini membuat promosi terasa lebih alami, tidak dipaksakan, dan lebih mudah diterima oleh audiens.
Selain itu, brand ambassador juga berperan dalam membentuk persepsi publik terhadap brand. Mereka menjadi titik temu antara perusahaan dan konsumen, membawa pesan brand dengan cara yang relatable dan membumi. Ketika dilakukan dengan tepat, kerja sama ini bisa membangun loyalitas pelanggan, meningkatkan awareness, dan menciptakan hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.
Baca juga: Duolingo dan 3 Strategi Social Media Marketing: Studi Kasus Kesuksesan di Dunia Digital
2. Apa Itu Brand Ambassador dan Tugasnya?
Banyak yang masih bingung, apa itu brand ambassador dan tugasnya sebenarnya? Perlu dipahami bahwa peran seorang brand ambassador jauh lebih kompleks dibanding sekadar mempromosikan produk. Mereka bukan cuma “model iklan,” tapi juga bagian dari strategi komunikasi dan branding jangka panjang suatu perusahaan.
Tugas utama seorang brand ambassador adalah membangun dan memperkuat citra brand, baik secara online maupun offline. Mereka harus mampu menjalin koneksi yang kuat dan autentik dengan audiens, sehingga pesan brand bisa tersampaikan dengan cara yang lebih personal dan meyakinkan.
Berikut beberapa tanggung jawab penting seorang brand ambassador:
Bukan sekadar promosi satu kali, brand ambassador benar-benar menggunakan produk dalam kehidupan sehari-hari dan membagikan review yang jujur, relatable, dan autentik.
1. Membuat konten di media sosial yang mengedukasi dan menghibur
Konten bisa berupa tutorial, tips, unboxing, atau storytelling yang mengangkat nilai-nilai brand. Di sini, kreativitas brand ambassador sangat dibutuhkan agar konten tetap engaging dan sesuai dengan gaya personal mereka.
2. Membangun hubungan dengan komunitas brand
Brand ambassador juga sering berinteraksi langsung dengan komunitas pengguna produk. Mereka hadir di forum, ikut ngobrol di kolom komentar, atau bahkan menyelenggarakan meet-up dan event virtual untuk mempererat hubungan antara brand dan konsumen.
3. Hadir di event brand sebagai representatif resmi
Mereka sering diundang dalam peluncuran produk, webinar, pameran, atau campaign promosi sebagai wakil brand. Kehadiran mereka memberi sentuhan manusiawi pada brand, sekaligus meningkatkan eksposur.
4. Menjaga reputasi brand dan membantu mengatasi krisis
Ketika brand menghadapi kritik atau kesalahpahaman publik, brand ambassador bisa ikut turun tangan memberikan klarifikasi, menunjukkan sisi positif brand, dan meredam isu secara strategis.
Untuk menjalankan peran ini secara maksimal, seorang brand ambassador harus benar-benar memahami identitas brand. Mereka wajib menguasai tone of voice, nilai-nilai inti, serta strategi komunikasi yang digunakan. Hal ini penting agar komunikasi yang dilakukan selalu selaras dan konsisten, tidak menciptakan miskomunikasi antara brand dan audiens.
Di sisi lain, brand juga harus selektif dalam memilih ambassador. Kesesuaian gaya hidup, kredibilitas, serta track record digital seorang calon ambassador sangat menentukan keberhasilan kerja sama. Brand yang jeli memilih sosok yang tepat akan mendapatkan nilai lebih dari sisi kepercayaan publik, awareness, hingga potensi peningkatan penjualan.
3. Brand Ambassador Campaign: Strategi yang Powerful
Dalam praktik digital marketing, brand ambassador campaign jadi salah satu strategi yang semakin banyak digunakan oleh brand karena kemampuannya menjangkau audiens secara lebih humanis, autentik, dan relevan. Di tengah banjirnya iklan digital yang kadang terkesan “terlalu jualan”, pendekatan lewat brand ambassador mampu memberikan sentuhan personal yang lebih dipercaya audiens.
Kampanye ini biasanya melibatkan proses kreatif dan perencanaan strategis, mulai dari pemilihan ambassador yang tepat, penyusunan konten yang sesuai dengan tone brand, hingga aktivasi secara rutin di platform digital. Semuanya dilakukan untuk memaksimalkan dampak sang ambassador terhadap persepsi publik terhadap brand.
Beberapa contoh implementasi umum dalam brand ambassador campaign antara lain:
- Kolaborasi membuat konten seperti tutorial, review produk, testimoni, challenge, atau Q&A yang dikemas ringan tapi informatif. Konten semacam ini lebih efektif menarik perhatian karena terasa lebih jujur dan relatable.
- Pemberian kode referral atau link afiliasi khusus untuk tiap ambassador, sehingga bisa melacak performa mereka sekaligus memberi insentif (komisi, reward, diskon khusus) bagi pengguna dan ambassador.
- Aktivasi di berbagai platform sosial media seperti TikTok, Instagram, dan YouTube secara rutin—misalnya lewat reels, live session, vlog, atau konten story yang bersifat harian.
- Event live, baik offline maupun online, seperti webinar, workshop, atau peluncuran produk yang melibatkan ambassador sebagai host atau tamu spesial. Interaksi langsung semacam ini efektif untuk membangun loyalitas audiens terhadap brand.
Lebih dari sekadar promosi, kampanye ini dirancang untuk membangun komunitas dan menciptakan hubungan jangka panjang antara brand dan konsumen melalui suara yang dipercaya. Bahkan, banyak studi menunjukkan bahwa konsumen cenderung membeli produk yang direkomendasikan oleh seseorang yang mereka kagumi atau ikuti di media sosial—apalagi jika rekomendasinya terasa organik, bukan scripted.
Dampaknya pun tidak hanya berhenti di angka engagement, tapi juga menyentuh aspek brand awareness, brand trust, dan pada akhirnya mendorong konversi penjualan. Ketika orang merasa punya koneksi emosional dengan brand (karena disampaikan oleh figur yang mereka suka), keputusan untuk membeli atau bahkan merekomendasikan produk itu akan terjadi secara lebih alami.
Strategi ini juga scalable, bisa disesuaikan dengan ukuran bisnis. UMKM bisa bekerja sama dengan micro-influencer atau nano-influencer yang lebih terjangkau tapi memiliki engagement tinggi di komunitas tertentu. Sementara brand besar bisa menunjuk public figure atau tokoh publik untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Jadi, bisa dibilang brand ambassador campaign adalah investasi jangka panjang dalam membangun reputasi digital dan memperkuat identitas brand.
4. Contoh Brand Ambassador Sukses
Beberapa contoh brand ambassador yang sukses di Indonesia dan dunia antara lain:
- Agnez Mo untuk Oppo Indonesia: Kolaborasi ini memperlihatkan sinergi antara lifestyle, teknologi, dan personal branding seorang musisi internasional.
- Blackpink untuk Samsung: Grup K-pop ini bukan hanya jadi wajah brand, tapi juga simbol aspiratif yang merepresentasikan inovasi dan gaya hidup modern.
- Maudy Ayunda untuk Tokopedia: Melekatkan nilai edukasi dan produktivitas pada brand e-commerce.
- Cristiano Ronaldo untuk Nike: Salah satu kerja sama jangka panjang paling ikonik antara atlet dan brand olahraga.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa brand ambassador bukan hanya tentang popularitas, tapi juga tentang keselarasan nilai.
5. Apa Perbedaan Endorse dan Brand Ambassador?
Salah satu pertanyaan paling umum dalam dunia pemasaran digital adalah: apa perbedaan endorse dan brand ambassador?
Aspek | Endorsement | Brand Ambassador |
---|---|---|
Durasi | Jangka pendek / 1x posting | Jangka panjang (mingguan/bulanan) |
Keterlibatan | Terbatas pada promosi produk | Terlibat penuh dalam citra brand |
Gaya komunikasi | Cenderung promosi langsung | Lebih personal dan naratif |
Komitmen | Satu kali kontrak | Kesepakatan eksklusif dan menyeluruh |
Jadi, brand ambassador lebih dari sekadar orang yang “ngiklanin”, mereka adalah bagian dari strategi branding jangka panjang.
Pentingnya Brand Ambassador di Era Digital
Seiring meningkatnya konsumsi konten di media sosial, publik jadi semakin melek dan kritis terhadap pesan-pesan pemasaran. Iklan konvensional yang terlalu “jualan” sering dianggap mengganggu dan kurang dipercaya. Di sinilah peran brand ambassador jadi sangat krusial—karena mereka menyampaikan pesan brand dengan cara yang lebih organik, personal, dan sesuai gaya komunikasi audiens masa kini.
Dalam era digital yang serba cepat ini, konsumen nggak cuma butuh informasi produk, tapi juga emosi dan koneksi. Mereka ingin tahu, “Apakah produk ini benar-benar digunakan oleh orang yang gue percaya?” atau “Apa nilai yang dibawa brand ini cocok dengan gue?” Nah, brand ambassador punya kekuatan untuk menjawab pertanyaan itu melalui keseharian mereka di media sosial.
Brand ambassador juga membantu menciptakan kepercayaan berbasis kedekatan. Karena mereka bukan hanya tampil saat promosi, tapi juga membagikan pengalaman nyata menggunakan produk dalam konteks kehidupan sehari-hari, audiens merasa pesan yang disampaikan lebih autentik dan relevan. Mereka nggak cuma ngomong karena dibayar, tapi karena memang connect dengan brand-nya.

Selain itu, kehadiran brand ambassador juga bisa memperkuat human side dari sebuah brand. Di balik logo dan produk, audiens jadi bisa melihat “wajah” yang mewakili brand tersebut—baik itu selebritas besar, influencer lokal, bahkan pelanggan biasa yang punya cerita inspiratif. Ini membuat brand terasa lebih hidup dan dekat dengan publik.
Terlebih lagi, algoritma media sosial cenderung lebih “mengangkat” konten dari akun personal dibandingkan konten dari akun brand. Artinya, strategi lewat brand ambassador bisa jadi jalan yang lebih efektif untuk menjangkau lebih banyak orang secara organik. Apalagi kalau ambassador-nya punya komunitas loyal yang aktif berinteraksi di tiap postingannya.
Bahkan menurut laporan dari Nielsen (2021), 92% konsumen lebih mempercayai rekomendasi dari individu—bahkan jika mereka tidak mengenalnya secara pribadi—dibandingkan dengan iklan tradisional. Fakta ini membuktikan bahwa strategi brand ambassador bukan sekadar tren, tapi bagian dari evolusi cara brand membangun hubungan dengan pasar digital modern.
Seperti yang dikatakan oleh Neil Patel, digital marketing expert:
“People trust people more than they trust brands. That’s why leveraging personal brands is the future of marketing.”
Manfaat Menggunakan Brand Ambassador dalam Digital Marketing
Menggunakan brand ambassador sebagai bagian dari strategi digital marketing terbukti memberikan banyak nilai tambah yang gak bisa dianggap remeh. Kolaborasi jangka panjang dengan individu yang dipercaya dan punya koneksi kuat dengan audiens bisa menciptakan dampak positif yang lebih sustainable dibanding sekadar iklan satu arah. Berikut penjelasan lebih detail dari masing-masing manfaatnya:
1. Meningkatkan Kepercayaan Konsumen
Salah satu tantangan utama di dunia pemasaran digital saat ini adalah membangun trust. Di tengah banjir informasi dan iklan setiap hari, audiens jadi lebih selektif. Mereka cenderung percaya pada rekomendasi orang yang mereka kenal dan kagumi, seperti influencer atau figur publik yang mereka ikuti. Dengan menggandeng brand ambassador yang autentik dan kredibel, sebuah brand bisa mendapatkan kepercayaan secara lebih natural dan berkelanjutan.
Menurut laporan dari Edelman (2021), 63% konsumen lebih mempercayai konten yang dibuat oleh individu dibandingkan konten dari brand. Ini membuktikan bahwa pendekatan personal lewat ambassador jauh lebih efektif daripada promosi langsung.
2. Meningkatkan Engagement di Media Sosial
Konten dari brand ambassador umumnya terasa lebih personal dan relatable. Mereka menyampaikan pesan bukan seperti iklan, tapi lewat pengalaman nyata atau gaya hidup mereka. Konten seperti ini biasanya mendapatkan engagement lebih tinggi—baik itu like, komentar, share, maupun penyimpanan konten. Ini tentu berdampak positif terhadap algoritma dan visibilitas konten brand di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
Engagement tinggi bukan cuma soal angka, tapi juga cerminan kedekatan dan loyalitas audiens terhadap pesan yang dibawa sang ambassador.
3. Memperluas Jangkauan ke Audiens Baru
Salah satu keuntungan besar dari kerja sama dengan brand ambassador adalah ekspansi audiens secara organik. Setiap ambassador punya komunitas atau followers mereka sendiri. Ketika mereka mempromosikan produk atau jasa, mereka juga membawa followers-nya ikut “masuk” ke dalam ekosistem brand.
Apalagi kalau brand bekerja sama dengan beberapa ambassador dari niche yang berbeda—hal ini bisa membuka jalan untuk menjangkau segmen pasar baru yang sebelumnya mungkin belum tersentuh.
4. Membangun Reputasi Positif Jangka Panjang
Hubungan jangka panjang antara brand dan ambassador menciptakan persepsi yang kuat dan positif di benak audiens. Ketika seseorang secara konsisten muncul membawa nama brand, publik akan mengasosiasikan brand tersebut dengan nilai-nilai yang dibawa oleh ambassador itu sendiri. Ini sangat membantu dalam membangun citra yang stabil dan dipercaya.
Konsistensi ini juga berperan penting dalam membangun brand recall. Orang akan lebih mudah mengingat brand saat mereka terus melihatnya dalam konteks kehidupan nyata melalui aktivitas sang ambassador.
5. Menekan Biaya Promosi Jangka Panjang
Memang, bekerja sama dengan brand ambassador memerlukan investasi di awal. Tapi jika dibandingkan dengan terus-menerus menjalankan kampanye iklan berbayar, strategi ini bisa jauh lebih efisien dalam jangka panjang.
Brand tidak perlu membuat banyak konten iklan sendiri, karena konten bisa datang langsung dari para ambassador. Selain itu, dampak organik dari engagement dan word-of-mouth yang dihasilkan bisa memperkuat promosi tanpa biaya tambahan besar. Dengan kata lain, brand ambassador adalah aset promosi jangka panjang yang bisa memberikan ROI tinggi jika dikelola dengan tepat.
Baca juga: Mengungkap Prediksi Virtual Reality pada Media Sosial di Tahun 2025
Tantangan dalam Mengelola Brand Ambassador
Meskipun strategi brand ambassador terbukti efektif dalam meningkatkan engagement, kepercayaan, dan jangkauan audiens, bukan berarti bebas tantangan. Justru karena hubungan ini bersifat jangka panjang dan melibatkan manusia sebagai representasi brand, maka perlu strategi yang matang. Berikut beberapa tantangan umum yang sering dihadapi saat mengelola brand ambassador:

1. Pemilihan Figur yang Tepat
Salah satu elemen paling krusial dalam program brand ambassador adalah pemilihan figur yang benar-benar cocok. Ini bukan cuma soal jumlah followers atau seberapa populer seseorang di media sosial. Yang lebih penting adalah apakah nilai-nilai, gaya komunikasi, serta perilaku sehari-harinya selaras dengan citra brand.
Misalnya, brand yang menekankan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan akan lebih cocok bekerjasama dengan ambassador yang punya gaya hidup serupa—bukan hanya mereka yang punya reach besar tapi nggak relevan. Kesalahan memilih ambassador bisa membuat pesan brand tidak nyambung atau bahkan mendapat reaksi negatif dari publik.
2. Risiko Skandal Personal
Karena brand ambassador adalah manusia yang tampil di ruang publik, maka selalu ada risiko terlibat dalam kontroversi atau skandal pribadi. Hal ini bisa berdampak buruk terhadap reputasi brand, apalagi jika figur tersebut sudah sangat lekat dengan identitas brand.
Contohnya, jika seorang ambassador terlibat dalam kasus hukum, ujaran kebencian, atau perilaku tidak etis, maka brand bisa terkena “guilt by association”. Untuk menghindari risiko ini, penting untuk melakukan screening mendalam sebelum memilih ambassador, serta memiliki klausul kerja sama yang memungkinkan pemutusan kontrak bila terjadi pelanggaran etika.
3. Konsistensi Pesan Brand
Salah satu kesalahan umum dalam program ambassador adalah kurangnya pedoman komunikasi yang jelas. Akibatnya, tiap ambassador bisa menyampaikan pesan dengan gaya dan arah yang berbeda-beda, sehingga identitas brand menjadi tidak konsisten di mata audiens.
Solusinya adalah dengan memberikan brand guideline yang komprehensif kepada semua ambassador, tanpa membatasi kreativitas mereka sepenuhnya. Guideline ini bisa meliputi tone of voice, kata-kata yang boleh dan tidak boleh digunakan, hashtag resmi, hingga contoh visual branding.
4. Evaluasi Kinerja Campaign
Berbeda dari iklan digital yang bisa dilacak secara akurat lewat data klik dan konversi, mengukur dampak brand ambassador campaign bisa lebih kompleks. Brand perlu menentukan metrik yang jelas untuk menilai kinerja ambassador—apakah dari jumlah posting, reach, engagement, konversi, atau referral yang berhasil.
Beberapa tools analytics seperti Google Analytics, UTM links, atau platform influencer management (contoh: Upfluence, AspireIQ, Collabstr) bisa digunakan untuk tracking performa secara lebih objektif. Evaluasi rutin juga penting agar brand tahu mana ambassador yang perform-nya optimal dan mana yang perlu ditinjau ulang kerja samanya.
Tips Menjalankan Brand Ambassador Campaign yang Efektif
Agar strategi brand ambassador bisa memberikan hasil optimal, kampanye harus dirancang dengan matang—nggak bisa asal tunjuk influencer terus berharap engagement naik sendiri. Dibutuhkan strategi yang solid, komunikasi yang terbuka, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Berikut adalah tips yang bisa jadi panduan:
1. Kenali Target Audience dengan Jelas
Sebelum memilih brand ambassador, kamu harus benar-benar paham siapa target audiens brand-mu. Jangan hanya melihat jumlah followers—lebih penting untuk memastikan bahwa follower si ambassador cocok dengan segmentasi pasar brand-mu, baik dari sisi usia, lokasi, gaya hidup, hingga minat.
Misalnya, kalau kamu jual produk skincare remaja, ambassador yang punya follower usia 15–25 tahun dan sering bahas skincare akan jauh lebih efektif dibanding selebgram generalist yang followers-nya lebih dewasa atau tidak relevan.
2. Tetapkan KPI yang Jelas dan Terukur
Sukses atau nggaknya brand ambassador campaign harus bisa diukur. Karena itu, penting untuk menentukan Key Performance Indicator (KPI) sejak awal. Beberapa KPI yang bisa kamu pertimbangkan antara lain:
- Engagement Rate: Seberapa aktif followers merespons konten si ambassador.
- Reach dan Impressions: Seberapa banyak orang yang melihat konten mereka.
- Conversion: Berapa banyak orang yang melakukan pembelian atau tindakan tertentu karena terpengaruh si ambassador.
- Brand Sentiment: Bagaimana persepsi publik terhadap brand setelah kampanye berlangsung.
Dengan KPI yang jelas, kamu bisa menghindari ekspektasi yang terlalu tinggi atau malah tidak terukur sama sekali.
3. Bangun Hubungan Dua Arah dengan Ambassador
Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah memperlakukan ambassador hanya sebagai “alat promosi” atau talent semata. Padahal, hubungan yang ideal adalah kemitraan jangka panjang yang saling percaya dan saling support.
Libatkan mereka dalam proses kreatif, ajak diskusi tentang strategi konten, dan dengarkan masukan mereka tentang produk. Dengan begitu, mereka akan merasa lebih dekat dengan brand dan lebih tulus dalam merepresentasikannya.
“Treat your ambassadors like family, not ads. The more connected they feel, the more authentic their advocacy becomes.”
— Amber Venz Box, Co-founder of rewardStyle
4. Berikan Ruang Kreatif Sebesar Mungkin
Konten yang dibuat oleh ambassador tidak boleh terlalu kaku atau scripted. Justru salah satu kekuatan dari brand ambassador adalah gaya mereka yang unik dan otentik. Biarkan mereka mengemas pesan brand dengan cara yang sesuai dengan karakter mereka, selama tetap mengikuti brand guideline.
Kebebasan berekspresi ini bisa membuat konten terasa lebih alami, engaging, dan relatable. Audiens pun akan lebih percaya dan merasa bahwa si ambassador memang benar-benar menggunakan dan merekomendasikan produk dengan tulus.
5. Monitor dan Evaluasi Campaign Secara Berkala
Jangan nunggu kampanye selesai baru evaluasi. Idealnya, kamu perlu melakukan monitoring secara berkala untuk melihat performa konten, feedback audiens, dan apakah ada perbaikan yang perlu dilakukan. Gunakan tools seperti:
- Google Analytics (untuk tracking traffic dan konversi dari link ambassador),
- Instagram Insights atau TikTok Analytics (untuk lihat reach & engagement),
- Brandwatch atau Hootsuite Insights (untuk pantau brand sentiment dan mention).
Evaluasi ini juga berguna untuk mengetahui ambassador mana yang memberikan dampak paling besar terhadap brand kamu. Dari situ, kamu bisa memilih untuk melanjutkan kerja sama, menaikkan level kolaborasi, atau bahkan mencari ambassador baru yang lebih relevan.
Brand Ambassador di Era AI dan Metaverse
Menariknya, tren brand ambassador juga mulai masuk ke dunia virtual. Brand kini mulai menciptakan virtual ambassador, seperti:
- Lil Miquela – Virtual influencer dengan jutaan followers di Instagram.
- Rae dari Singtel – Virtual ambassador dari Singapura yang digunakan untuk marketing campaign perusahaan telekomunikasi.
Selain itu, brand ambassador juga bisa hadir di dalam metaverse—mengadakan event, product demo, atau interaksi langsung dalam ruang virtual 3D.
Kesimpulan
Brand ambassador bukan sekadar “wajah” dari brand, melainkan mitra strategis yang membantu membangun kepercayaan, kedekatan, dan loyalitas audiens. Dalam dunia digital marketing yang penuh noise dan perubahan cepat, kehadiran ambassador bisa menjadi suara yang menenangkan dan meyakinkan audiens.
Dengan pendekatan yang tepat, brand ambassador campaign bisa jadi salah satu investasi pemasaran jangka panjang yang paling menguntungkan.
Referensi
- Neil Patel – https://neilpatel.com/blog/brand-ambassadors/
- Hootsuite Blog: “What is a Brand Ambassador?” – https://blog.hootsuite.com/brand-ambassador/
- Sprout Social: “How to Create an Ambassador Program” – https://sproutsocial.com/insights/brand-ambassadors/
- Influencer Marketing Hub: https://influencermarketinghub.com/brand-ambassador/
- Forbes: “The Power of Brand Ambassadors in Digital Marketing” – https://www.forbes.com/sites/forbescommunicationscouncil/2022/03/01/the-power-of-brand-ambassadors-in-digital-marketing/
Pingback: 7 Strategi Powerful Brand Positioning yang Bikin Brand Kamu Nempel di Kepala Konsumen - belajarsosmed.com