Ilustrasi retention time di TikTok dan Reels yang menunjukkan durasi rata-rata penonton menonton sampai habis
Retention time jadi kunci penting agar konten TikTok dan Reels kalian ditonton sampai habis dan berpeluang masuk FYP

Bosan Konten Sepi Views? Kenali Retention Time dengan 3 Detik Pertama!

Rangers, pernah nggak kalian merasa heran kenapa TikTok video atau konten Reels yang kalian buat dengan banyak persiapan tetap saja sepi penonton? Ide kreatif sudah dipakai, musik sudah trending, caption sudah catchy, tapi penonton tetap geser sebelum tonton sampai habis. Inilah masalah yang sering bikin content creator frustrasi!

Faktanya, bukan hanya jumlah views yang menentukan video kalian bisa FYP, tapi berapa lama orang bertahan menonton. Di dunia digital, ini disebut retention time, dan algoritma TikTok serta Instagram sangat menyukainya. Semakin tinggi retention time, semakin besar peluang TikTok video atau Instagram Reels kalian disebarkan ke audiens yang lebih luas.

Bayangkan kalau 1.000 orang menonton sampai habis video kalian. Bukan hanya views yang naik, tapi juga like, komentar, dan share akan ikut meningkat. Itulah kenapa retention time jadi kunci utama performa konten di TikTok dan Instagram Reels.

Sheriff akan membagikan panduan lengkap agar video kalian tidak hanya ditonton, tapi juga betah ditonton sampai habis. Mari kita bahas!

Apa Itu Retention Time?

Retention time adalah rata-rata durasi orang menonton video kalian sebelum berhenti atau geser ke konten lain. Misalnya, kalian mengunggah TikTok video berdurasi 1 menit. Setelah dianalisis, ternyata rata-rata penonton hanya menonton 30 detik sebelum pindah ke video lain. Itu artinya, retention time kalian adalah 30 detik.

Berbeda dengan retention rate. Ini bukan durasi, tapi persentase penonton yang masih bertahan di titik tertentu dalam video. Misalnya, di detik ke-20 Instagram Reels, retention rate menunjukkan 70%. Artinya, 70% penonton masih menonton hingga titik tersebut.

Semakin tinggi retention time dan retention rate, semakin besar kemungkinan video ditonton sampai habis dan direkomendasikan algoritma. TikTok dan Instagram menyukai konten yang membuat orang betah menonton hingga akhir.

Mengapa Retention Time Penting?

Rangers, bayangin algoritma TikTok dan Instagram itu seperti mesin seleksi pintar. Mesin ini setiap detik menilai jutaan konten, lalu hanya memilih TikTok video atau Instagram Reels terbaik untuk dipromosikan ke audiens baru. Nah, salah satu indikator paling kuat yang dilihat adalah retention time.

Kenapa? Karena retention time menunjukkan apakah konten Rangers benar-benar bikin orang betah nonton sampai habis atau tidak.

Contohnya:

  • Ada dua video dengan topik yang sama.
    • Video A ditonton 1.000 orang, tapi rata-rata penonton keluar di detik ke-10.
    • Video B ditonton 500 orang, tapi mayoritas nonton sampai habis di detik ke-30.
      Hasilnya? Algoritma lebih memilih Video B untuk dipromosikan ke audiens baru karena retention time-nya lebih tinggi, meskipun views awal lebih sedikit.

Nah, retention time ini berdampak langsung ke performa konten yang Rangers miliki:

  1. Video dengan retention time tinggi direkomendasikan ke audiens baru
    Kalau orang betah nonton video kalian sampai habis, algoritma akan menganggap konten itu relevan dan layak disebarkan lebih luas.
  2. Semakin banyak yang nonton sampai habis, semakin besar peluang FYP
    FYP (For You Page) adalah pintu utama viral di TikTok. Algoritma pakai retention time sebagai salah satu kunci untuk memutuskan apakah konten kalian layak tampil di sana. Misalnya, kalau 70% penonton menonton TikTok video berdurasi 20 detik sampai selesai, peluangnya lebih besar masuk FYP dibanding video 1 menit tapi hanya ditonton 15 detik.
  3. Penonton yang bertahan lebih lama cenderung memberi like, komentar, bahkan share
    Video yang bikin penonton nonton sampai akhir biasanya juga lebih mudah memicu reaksi emosional. Mereka bisa ketawa, kagum, atau terinspirasi. Reaksi ini yang bikin orang rela kasih like, tulis komentar, atau bahkan share ke teman. Contoh nyata: konten lucu dengan punchline di akhir. Karena orang penasaran nunggu ending, mereka tonton sampai habis, lalu ketawa, kasih like, komentar, bahkan share ulang ke WhatsApp atau Instagram Story.

Jadi, bisa disimpulkan: retention time jauh lebih penting dibanding sekadar jam posting. Jam upload memang berpengaruh, tapi kalau konten kalian bikin penonton cepat geser, algoritma nggak akan dorong lebih jauh. Sebaliknya, konten dengan retention time tinggi bisa viral kapan pun, meski diposting tengah malam sekalipun.

Faktor yang Mempengaruhi Retention Time

  1. Hook 3 Detik Pertama
    Awal video itu ibarat pintu gerbang. Kalau 3 detik pertama bikin penasaran, penonton akan betah lanjut nonton sampai habis.
    • ❌ “Hai guys, balik lagi sama aku…”
    • ✅ “Rangers, mau tahu kenapa video kalian gagal FYP?”
  2. Pacing atau Kecepatan Video
    Retention time bisa turun kalau video terlalu lambat atau terlalu cepat. Penonton butuh alur yang pas—nggak bikin bosan tapi juga nggak bikin bingung.
    • Gunakan cut cepat, transisi singkat, dan hapus bagian yang nggak penting.
    • Contoh: tutorial 30 detik yang langsung to the point, bukan penjelasan muter-muter 2 menit.
  3. Relevansi Topik
    Semakin relate konten dengan audiens, semakin tinggi kemungkinan mereka nonton sampai habis.
    • Contoh: “Tips hemat uang jajan untuk mahasiswa” akan lebih menarik bagi anak kuliah dibanding “cara mengelola pensiun dini.”
  4. Visual dan Audio Berkualitas
    Penonton cenderung skip kalau video gelap, suara pecah, atau teks susah dibaca. Visual dan audio yang jelas bikin mereka nyaman untuk stay.
    • ✅ Video Reels dengan background terang, teks singkat yang kontras, plus musik tren yang sesuai mood konten.
    • ❌ Video goyang-goyang, gelap, tanpa teks.

Kalau digabung, 4 faktor ini bisa bikin retention time naik signifikan. Misalnya:
Kalian bikin TikTok video 20 detik tentang “3 trik biar nggak boros kuota internet.”

  • Detik 1–3: Hook “Rangers, kuota kalian sering habis padahal baru isi seminggu?”
  • Detik 4–15: Isi 3 trik singkat dengan visual jelas.
  • Detik 16–20: Penutup + CTA “Tonton sampai habis biar kuota kalian lebih awet!”

Hasilnya? Penonton lebih betah nonton sampai akhir, retention time tinggi, peluang masuk FYP makin besar, lho!

Strategi Meningkatkan Retention Time di TikTok & Reel

  1. Gunakan Teaser di Awal
    Teaser itu semacam janji ke penonton kalau akan ada sesuatu yang menarik di akhir video.
    • Contoh: “Di akhir video ini ada trik yang jarang orang tahu buat bikin konten viral.”
    • Hasilnya, penonton terdorong untuk bertahan nonton sampai habis demi melihat bagian akhirnya.
  2. Bikin Alur Cerita Singkat
    Meski video cuma 15–30 detik, tetap susun struktur: ada pembuka, isi, dan penutup. Tanpa alur, penonton bisa cepat bosan.
    • Contoh:
      • Detik 1–3: “Rangers, tahu nggak kenapa video kalian sepi views?”
      • Detik 4–20: Bagikan tips singkat dengan contoh visual.
      • Detik 21–25: Penutup + ajakan tonton sampai habis.
  3. Tambahkan Teks di Layar
    Banyak orang menonton TikTok atau Reels tanpa suara. Teks membantu mereka tetap paham isi video.
    • Contoh: tutorial singkat disertai subtitle otomatis atau teks tebal untuk poin penting.
  4. Pakai Musik Tren
    Algoritma TikTok dan Instagram sering mendorong video dengan audio yang sedang viral. Musik juga bisa meningkatkan mood penonton.
    • Contoh: pakai lagu tren yang sesuai dengan tema konten, bukan asal viral tapi nggak nyambung.
  5. Ajak Penonton Stay Sampai Akhir
    Ajakan langsung membuat penonton sadar kalau mereka akan kehilangan sesuatu kalau skip.
    • Contoh: “Tonton sampai habis biar nggak salah langkah pas bikin konten.”

Kalau digabung, strategi ini bisa meningkatkan retention time secara signifikan. Misalnya Rangers bikin video tips editing:

  • Awali dengan teaser “Di akhir video ini ada shortcut editing yang sering dipakai kreator besar.”
  • Susun alur singkat step by step.
  • Tambahkan teks untuk memperjelas.
  • Gunakan musik tren biar konten lebih menarik.
  • Tutup dengan CTA “Tonton sampai habis biar hasil edit kalian makin rapi.”

Hasilnya, penonton bukan cuma stay lebih lama, tapi juga lebih mungkin kasih like, komentar, atau share!

Contoh Konten dengan Retention Time Tinggi

Konten Edukasi Cepat
Edukasi singkat yang padat informasi biasanya bikin penonton betah, apalagi kalau disertai visual yang bikin penasaran sejak awal.

  • Contoh: Video 30 detik tentang tips kesehatan.
    • Detik 1–3: Tampilkan before-after (misalnya kulit kusam → jadi cerah). Ini bikin orang penasaran, “Gimana caranya bisa berubah?”
    • Detik 4–25: Bagikan 2–3 tips singkat yang jelas, seperti “cukup minum air putih, tidur teratur, dan gunakan sunscreen.”
    • Detik 26–30: Tutup dengan CTA “Tonton sampai habis biar kalian nggak salah langkah jaga kesehatan kulit.”
  • Hasil: Orang penasaran sama prosesnya, jadi lebih besar kemungkinan menonton sampai habis.

Konten Humor
Humor efektif bikin retention time tinggi, terutama kalau punchline atau bagian lucu ditempatkan di akhir.

  • Contoh: Video komedi 20 detik tentang kehidupan anak kos.
    • Detik 1–5: Setting masalah, misalnya “Ketika dompet tinggal 5 ribu tapi lapar.”
    • Detik 6–15: Tampilkan adegan kocak pencarian solusi (misalnya mencoba masak mie instan pakai sisa bumbu random).
    • Detik 16–20: Punchline muncul di akhir, ternyata mie-nya gosong dan tetap dimakan dengan bangga.
  • Hasil: Penonton stay karena mereka ingin lihat akhir ceritanya, sehingga retention time meningkat.

Retention Time vs Durasi Video

“Sheriff, sebenarnya lebih baik bikin video panjang atau pendek?” Jawabannya: tergantung jenis kontennya dan bagaimana kalian mengemasnya. Yang paling penting bukan panjangnya durasi, tapi seberapa banyak orang mau nonton sampai habis.

Konten Hiburan Ringan
Untuk konten lucu, meme, atau hiburan sehari-hari, durasi 10–15 detik biasanya paling efektif. Pendek, padat, dan gampang dicerna. Orang lebih mudah stay sampai habis, sehingga retention time tinggi.

  • Contoh: video humor anak kos 12 detik dengan punchline di akhir. Karena singkat, penonton tidak merasa terbebani untuk menonton sampai selesai.

2. Konten Edukasi atau Storytelling
Kalau kontennya berupa edukasi atau cerita singkat, durasi 30–60 detik masih sangat efektif, asal tidak bertele-tele. Yang penting setiap detik berisi informasi atau cerita yang membuat penonton penasaran untuk lanjut.

  • Contoh: konten “3 tips hemat uang jajan untuk mahasiswa” dalam 45 detik. Disusun cepat, jelas, dan tetap seru, sehingga penonton betah nonton sampai habis.

Jadi, Rangers bisa fokus pada kualitas cerita dan bagaimana membuat penonton bertahan sampai akhir, bukan sekadar memperpanjang durasi!

Retention Time vs Retention Rate

Retention Time
Retention time adalah rata-rata durasi penonton menonton video sebelum akhirnya berhenti atau geser ke konten lain.

  • Contoh: Rangers membuat video TikTok berdurasi 60 detik. Setelah dicek di analytics, rata-rata penonton hanya menonton selama 40 detik sebelum keluar.

Itu berarti retention time yang Rangers miliki adalah 40 detik. Semakin lama penonton bertahan, semakin tinggi retention time, dan semakin besar peluang video direkomendasikan ke audiens baru.

Retention Rate
Retention rate adalah persentase penonton yang masih bertahan di titik waktu tertentu dalam video.

  • Contoh: Di video 60 detik, ketika sampai di detik ke-30, masih ada 70% penonton yang menonton.

Itu artinya, retention rate di detik ke-30 adalah 70%. Retention rate ini membantu Rangers tahu di bagian mana penonton mulai drop off atau meninggalkan video.

Strategi Praktis Biar Penonton Tonton Sampai Habis

Hook Tajam di 3 Detik Pertama
Tiga detik awal adalah momen paling krusial. Kalau misalnya Rangers tidak menarik perhatian, penonton bisa langsung geser.

  • Contoh: “Rangers, tahu nggak kenapa video kalian gagal FYP padahal idenya bagus?”

Struktur Cerita yang Menarik
Meski durasi pendek, susun alur biar penonton merasa “dipandu” dari awal sampai akhir.

  • Awali dengan pertanyaan yang bikin penasaran.
  • Jawab di bagian tengah dengan isi singkat dan jelas.
  • Tutup dengan solusi, punchline, atau kesimpulan.
  • Contoh: “Kenapa kuota cepat habis? Karena tiga kebiasaan ini…”

Editing Dinamis
Video yang flat bikin bosan penonton. Alangkah baiknya Rangers gunakan transisi cepat, teks singkat, dan visual bervariasi supaya penonton tetap betah.

  • Contoh: potongan scene singkat dengan teks besar, transisi zoom-in, atau close-up detail untuk tiap poin.

Durasi Sesuai Jenis Konten
Jangan asal panjang atau pendek, sesuaikan dengan tujuan konten yang akan Rangers buat!

  • Konten ringan/hiburan: 10–15 detik agar mudah ditonton sampai habis.
  • Konten edukasi/storytelling: 30–60 detik dengan alur jelas dan menarik.
  • Contoh: tips cepat (cara ikat dasi) bisa 12 detik, tapi tutorial step-by-step (edit video) butuh 45 detik.

Analisis Titik Drop-off
Manfaatkan data di TikTok Analytics atau Instagram Insights dari akun Rangers untuk tahu kapan penonton mulai keluar!

  • Contoh: kalau banyak penonton drop di detik ke-8, mungkin hook kalian kurang kuat atau penjelasan terlalu bertele-tele.

Call to Action di Akhir
Jangan biarkan video berhenti begitu saja. Rangers harus apenonton untuk bertahan sampai akhir atau melakukan aksi tertentu.

  • Contoh: “Tonton sampai habis biar nggak ketinggalan trik terakhir!” atau “Kalau bermanfaat, jangan lupa share ke temanmu.”

Selain retention time, masih ada KPI lain yang nggak kalah penting untuk dipantau agar strategi media sosial makin efektif. Kalau Rangers mau tahu KPI apa saja yang wajib dievaluasi seorang Social Media Specialist, bisa cek artikel ini: Social Media Specialist Wajib Evaluasi 5 KPI Ini

Menentukan Durasi Ideal dengan Data Insight

1) Ambil data dari platform

TikTok video
Profil > menu > Creator Tools > Analytics > Content > pilih video. Perhatikan:

  • Average watch time: rata-rata durasi ditonton.
  • Full video watched (completion rate): persentase yang menonton sampai habis.
  • Audience retention (jika tersedia): titik-titik penurunan penonton.

Instagram Reels
Buka Reels > tiga titik > Insights. Perhatikan:

  • Average watch time dan Total watch time.
  • Plays, Replays, Reach.
  • Jika ada, audience retention/drop-off membantu melihat momen orang mulai pergi.

Tujuan tahap ini: memahami apakah penonton benar-benar tonton sampai habis dan di detik mana mereka berhenti.

2) Tetapkan target retensi per durasi

Gunakan patokan praktis berikut sebagai acuan awal (bukan aturan baku, tetapi sangat membantu):

  • 10–15 detik: target completion rate 80–100% dan average watch time mendekati durasi.
  • 20–30 detik: target completion rate 60–80%.
  • 45–60 detik: target completion rate 40–60% dengan average watch time stabil tanpa drop besar di awal.

Jika performa kalian di bawah patokan, pendekkan durasi atau perbaiki hook/pacing.

3) Lakukan A/B test durasi

Uji topik yang sama dalam beberapa versi:

  • Versi A: 12–15 detik (mikro, sangat padat).
  • Versi B: 20–30 detik (ringkas plus 2–3 poin inti).
  • Versi C: 45–60 detik (storytelling/edukasi bertahap).
    Jaga hook, visual, dan CTA mirip agar perbandingan adil. Setelah tayang 48–72 jam, bandingkan completion rate, average watch time, dan komentar/share.

4) Baca titik drop-off dan perbaiki struktur

Pola umum penurunan:

  • Detik 0–3: hook kurang tajam. Perbaiki kalimat pembuka atau visual pertama.
  • Setelah poin pertama: pacing melambat. Potong jeda, percepat transisi, tampilkan manfaat berikutnya lebih cepat.
  • Menjelang akhir: CTA terlalu telat. Sisipkan sinyal “sebentar lagi poin penting” agar penonton bertahan.

Contoh perbaikan cepat:

  • Ganti “Hai guys, balik lagi…” dengan “Rangers, 1 kesalahan ini bikin video gagal FYP.”
  • Maksimal 2–3 detik per shot untuk menjaga ritme.
  • Teks di layar untuk ringkas ulang poin penting.

5) Putuskan durasi berdasarkan data

Gunakan aturan sederhana:

  • Jika average watch time < 50% durasi, pendekkan 20–30% dan tajamkan hook.
  • Jika completion rate > 70% pada video 25–30 detik, coba versi 35–45 detik untuk lihat apakah total watch time dan interaksi ikut naik.
  • Jika banyak replays pada video pendek, pertahankan format pendek namun tambah variasi visual agar tidak terasa diulang.

6) Contoh perhitungan nyata

Kasus 1: Video 30 detik
Plays: 10.000
Completion: 6.500
Completion rate = 6.500 ÷ 10.000 = 65%
Average watch time = 22 detik
Total watch time = 10.000 × 22 = 220.000 detik

Kasus 2: Video 15 detik
Plays: 9.000
Completion: 7.200
Completion rate = 7.200 ÷ 9.000 = 80%
Average watch time = 13 detik
Total watch time = 9.000 × 13 = 117.000 detik

Interpretasi: video 15 detik unggul di completion rate (retention time relatif terhadap durasi) sehingga berpotensi kuat untuk distribusi awal; video 30 detik memberi total watch time lebih besar sehingga bagus untuk akumulasi waktu tonton. Pilih yang paling sesuai tujuan kalian, namun untuk memicu distribusi awal, completion rate tinggi pada durasi singkat sering lebih efektif.

7) Template skrip sesuai durasi

12–15 detik (hiburan, tips tunggal)

  • Detik 0–2: hook keras.
  • Detik 3–10: satu poin inti + visual pendukung.
  • Detik 11–15: punchline atau CTA singkat.

20–30 detik (tips 2–3 poin)

  • Detik 0–3: janji manfaat.
  • Detik 4–20: tiga poin, masing-masing 4–6 detik, selalu ada demo/teks.
  • Detik 21–30: rangkum dan CTA tonton sampai habis untuk bonus tip atau ringkasan.

45–60 detik (storytelling/edukasi bertahap)

  • Detik 0–3: konflik/pertanyaan besar.
  • Detik 4–45: alur solusi bertahap, tiap langkah singkat dan visual.
  • Detik 46–60: hasil akhir + CTA.

8) Checklist produksi agar retention time naik

  • Hook 0–3 detik jelas, spesifik, menyebut manfaat.
  • Pacing: potong jeda, ganti scene tiap 2–3 detik.
  • Teks di layar untuk poin utama, kontras dan mudah dibaca.
  • Audio bersih, musik relevan dengan mood.
  • CTA yang mendorong tonton sampai habis atau interaksi.
  • Thumbnail dan caption mendukung janji video, tidak clickbait berlebihan.

9) Pemilihan durasi berdasarkan jenis konten

  • Konten hiburan ringan: 10–15 detik agar mudah ditonton sampai habis.
  • Konten edukasi/storytelling: 30–60 detik asalkan setiap detik ada nilai.
  • Jika topik kompleks, pecah menjadi seri 2–3 bagian berdurasi 20–30 detik per bagian untuk menjaga retention time tinggi.

Mitos yang Harus Diluruskan

  1. Mitos: Harus posting di jam tertentu biar FYP
    Banyak kreator percaya kalau posting di “jam emas” otomatis bikin video masuk FYP.
    • Fakta: Jam posting memang bisa membantu, karena lebih banyak orang aktif saat itu. Tapi algoritma TikTok dan Instagram lebih mengutamakan retention time.
    • Contoh: Dua video diposting di jam yang sama. Video A punya retention time rendah (penonton hanya tahan 5 detik dari 30 detik). Video B retention time tinggi (penonton rata-rata nonton sampai habis). Algoritma akan lebih merekomendasikan Video B meskipun jam posting sama.
  2. Mitos: Video panjang selalu lebih bagus
    Ada juga anggapan semakin panjang video, semakin besar peluang viral.
    • Fakta: Panjang video tidak otomatis menjamin performa. Justru video pendek tapi menarik sejak awal lebih sering ditonton sampai habis, sehingga retention time lebih tinggi.
    • Contoh: Video tutorial 15 detik tentang “cara ikat dasi” bisa lebih viral dibanding video 2 menit yang bertele-tele menjelaskan hal sama.

Jadi, Rangers jangan cuma fokus ke jam posting atau durasi panjang. Algoritma lebih peduli apakah penonton betah tonton sampai habis, karena itulah sinyal kuat bahwa konten kalian relevan dan layak disebarkan ke audiens baru.

Tools untuk Analisis Retention Time

Biar nggak sekadar feeling, Rangers bisa pakai beberapa tools ini untuk mengukur retention time konten kalian:

  • TikTok Analytics
    Cek metrik penting seperti average watch time dan completion rate. Data ini nunjukin seberapa lama penonton betah nonton video kalian dan berapa persen yang menonton sampai habis.
  • Instagram Insights
    Fitur bawaan Instagram buat lihat audience retention pada Reels. Dari sini kalian bisa tahu titik drop-off, kapan penonton mulai berhenti nonton, dan bagian mana yang bikin mereka bertahan.
  • VidIQ atau TubeBuddy
    Dua tool ini lebih populer buat YouTube, tapi bisa jadi inspirasi ide konten TikTok juga. Mereka bantu analisis pola engagement, kata kunci, dan performa video yang bisa kalian adaptasi ke TikTok atau Reels.

Rangers, kalau retention time konten kalian sudah oke, jangan berhenti di situ. Coba naik level dengan strategi iklan biar makin banyak orang nonton kontenmu. Sheriff sudah siapin panduannya di artikel Top 4 Jenis Iklan di Media Sosial Paling Efektif

Kesimpulan

Rangers, retention time adalah kunci utama di balik viralnya TikTok video dan Instagram Reels. Bukan sekadar jam posting atau durasi panjang, tapi bagaimana kalian bisa bikin penonton betah nonton sampai habis. Caranya? Mulai dari hook tajam di 3 detik pertama, storytelling singkat yang mengalir, editing dinamis dengan visual + teks pendukung, pilih durasi sesuai jenis konten, hingga rajin analisis data insight untuk tahu titik drop-off penonton.

Kalau semua strategi ini diterapkan, performa konten kalian akan naik pesat. Penonton bukan hanya nonton sampai habis, tapi juga lebih sering memberi like, komentar, dan share. Hasilnya? Peluang masuk FYP makin besar dan konten kalian menjangkau audiens yang lebih luas.

Dan kalau Rangers mau belajar lebih dalam atau konsultasi langsung soal strategi konten, yuk bergabung dengan komunitas kami setiap hari Selasa. Di sana, Sheriff dan tim siap bantu kalian optimalkan konten biar makin cuan dan berdampak!

Daftar Pustaka

Abim Zidane. (2025, Agustus). Retention time jauh lebih penting dibanding harus upload konten di jam berapa biar FYP [Video]. NewsBreak. https://www.newsbreak.com/charles-jones-322817402/4075482949047-retention-time-jauh-lebih-penting-dibanding-harus-upload-konten-di-jam-berapa-biar-fyp-retentiontime-bantukamungonten-kontenkreatorpemula-created-by-abim-zidane-with-abim-zidane-s-suara-asli-abim-bantu-kamu-ngonten

Ads TikTok. (n.d.). Retention optimization on Pangle placement. TikTok for Business. https://ads.tiktok.com/help/article/retention-optimization-pangle-placement?lang=id

BeritaSatu. (2023, Februari 18). Catat! Ini 8 cara FYP di TikTok dan dapat banyak like. https://www.beritasatu.com/ototekno/1037821/catat-ini-8-cara-fyp-di-tiktok-dan-dapat-banyak-like

GetDiva. (2023, Juni 15). Bosan kontenmu nggak ada yang nonton sampai habis? Ini solusinya. https://www.getdiva.ai/post/bosan-kontenmu-nggak-ada-yang-nonton-sampai-habis-ini-solusinya

IAM.ID. (2023, Mei 10). Trik konten TikTok biar FYP, kenali apa itu retention time. https://iam.id/blog/Trik-Konten-TikTok-Biar-FYP,-Kenali-Apa-itu-Retention-Time

Indozone. (2023, April 21). Tips konten TikTok agar bisa FYP, nggak boleh asal buat. TekInGame. https://tekingame.indozone.id/gadget/921040056/tips-konten-tiktok-agar-bisa-fyp-gak-boleh-asal-buat

Rodeo Sembiring. (2024, Agustus 12). Retention time ⏱✨ [Video]. Instagram. https://www.instagram.com/reel/C88ztv3Sblm/

Rodeo Sembiring. (2024, Oktober 2). Retention time is key [Post]. Instagram. https://www.instagram.com/p/DGlEG0HTmXF/

Facebook Reels. (2024, September 5). Retention time untuk FYP [Video]. Facebook. https://web.facebook.com/reel/1167046142148114

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *