Apa yang Dimaksud dengan Brand Positioning?
Dalam dunia pemasaran modern yang makin kompetitif, apa yang dimaksud dengan brand positioning jadi pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh setiap bisnis—baik yang baru merintis maupun yang sudah besar sekalipun. Konsumen sekarang nggak cuma melihat produk dari segi fungsi atau harga saja, tapi juga dari persepsi yang mereka tangkap tentang brand secara keseluruhan. Maka dari itu, brand positioning adalah strategi untuk mengunci persepsi itu di benak audiens, sehingga brandmu terasa beda dan lebih menonjol dibanding kompetitor.
Lebih dari sekadar tampilan visual seperti logo atau slogan catchy, brand positioning mencakup identitas yang dalam: bagaimana brandmu ingin dilihat, dirasakan, dan diingat oleh target pasar. Ini menyangkut nilai-nilai yang kamu bawa, emosi yang ingin kamu bangun, dan pengalaman menyeluruh yang dirasakan oleh konsumen saat berinteraksi dengan brand—mulai dari kualitas produk, pelayanan, hingga cara kamu berkomunikasi di media sosial.

Coba bayangin pasar seperti sebuah mal yang penuh dengan ribuan toko. Kalau positioning brand kamu lemah atau nggak konsisten, kamu cuma akan jadi salah satu dari banyak toko yang dilihat sekilas lalu dilupakan. Tapi kalau kamu punya positioning yang kuat—misalnya kamu dikenal sebagai brand paling ramah, paling cepat tanggap, atau paling edgy—maka kamu akan jadi toko yang dikunjungi, diingat, bahkan direkomendasikan ke orang lain.
Menurut Philip Kotler, pakar marketing dunia:
“Positioning is the act of designing the company’s offering and image to occupy a distinctive place in the mind of the target market.”
Inilah sebabnya kenapa brand positioning adalah investasi strategis jangka panjang yang krusial. Tanpa positioning yang jelas dan kuat, semua upaya branding dan marketing kamu bisa terasa hambar, nggak nyambung, atau malah gagal total karena nggak mampu “ngena” di hati konsumen.
Kenapa Brand Positioning Penting?
Strategi brand positioning adalah fondasi utama dalam membangun merek yang tahan lama dan relevan di tengah dinamika pasar yang terus berubah. Ketika sebuah brand berhasil menetapkan posisinya secara jelas dan konsisten, ia bukan cuma sekadar diingat, tapi juga dipercaya dan dipilih oleh konsumen—bahkan ketika ada banyak pilihan serupa di luar sana.
Ingat, konsumen modern sekarang nggak hanya membeli produk karena kebutuhan, tapi karena makna dan nilai yang mereka rasakan dari brand tersebut. Maka dari itu, posisi brand yang kuat bisa jadi faktor penentu dalam setiap keputusan pembelian.
Berikut ini apa manfaat brand positioning yang bisa dirasakan langsung oleh bisnis, baik jangka pendek maupun jangka panjang:
1. Membedakan dari Kompetitor
Pasar sekarang udah sangat padat. Tanpa positioning yang kuat, brand kamu bisa “melebur” dan nggak kelihatan. Dengan brand positioning, kamu menciptakan identitas yang unik, baik dari sisi tone komunikasi, nilai produk, sampai customer experience. Konsumen jadi bisa langsung ngeh, “Oh ini lho brand yang fokusnya ramah lingkungan,” atau “Ini brand yang selalu cepat respon dan nggak ribet.”
2. Membentuk Loyalitas Pelanggan
Ketika konsumen merasa brand kamu “ngomong” dengan cara yang nyambung ke mereka—secara nilai, gaya, bahkan sikap sosial—itu bisa menumbuhkan koneksi emosional. Dari sinilah loyalitas muncul. Konsumen loyal nggak cuma beli ulang, tapi juga bisa jadi advokat brand kamu yang sukarela nyebarin rekomendasi.
3. Memudahkan Strategi Pemasaran
Brand yang punya positioning kuat nggak akan kebingungan saat bikin kampanye. Kenapa? Karena kamu tahu siapa target audiensmu, pesan apa yang mau disampaikan, dan gaya komunikasi apa yang cocok. Ini bikin semua channel komunikasi—mulai dari konten Instagram, landing page, sampai email campaign—jadi lebih konsisten dan berdampak.
4. Meningkatkan Nilai Jual
Salah satu contoh brand positioning yang sukses adalah Apple. Mereka memosisikan diri sebagai brand premium dan inovatif—dan hasilnya? Mereka bisa menjual produk dengan harga tinggi tanpa terlalu banyak debat dari pasar. Kalau brand kamu punya positioning yang jelas, kamu juga bisa naik kelas dan menawarkan value yang lebih besar, yang artinya margin profit juga bisa lebih tinggi.
5. Mendukung Ekspansi Pasar
Positioning bukan hanya untuk mempertahankan eksistensi, tapi juga jadi jembatan untuk tumbuh. Ketika brand kamu sudah dikenal punya identitas yang kuat di satu pasar, ekspansi ke pasar lain (baik segmen baru maupun wilayah baru) jadi lebih gampang. Konsumen baru akan lebih cepat percaya karena brand kamu udah punya reputasi yang solid.
Baca juga: 5 Hal Penting Tentang Brand Ambassador dalam Dunia Digital Marketing
Elemen Penting dalam Brand Positioning
Membangun brand positioning bukan sekadar asal mengklaim, “Brand gue beda dari yang lain!”—karena pada akhirnya yang menentukan adalah bagaimana konsumen memandang brand-mu, bukan apa yang kamu pikirkan sendiri. Artinya, brand positioning yang kuat harus dibangun atas dasar riset, data, dan pemahaman audiens yang mendalam, bukan sekadar asumsi atau ikut-ikutan tren.

Agar strategi positioning kamu berdampak, berikut ini elemen-elemen krusial yang harus kamu perhatikan secara serius:
1. Target Audience: Siapa yang Ingin Kamu Jangkau?
Brand positioning selalu dimulai dari pemahaman siapa target audiensmu. Kamu harus tahu dengan jelas:
- Siapa mereka? (usia, gender, lokasi, status, pekerjaan)
- Apa pain points atau masalah mereka sehari-hari?
- Aspirasi atau impian apa yang mereka kejar?
- Media apa yang mereka konsumsi dan siapa yang mereka percaya?
Misalnya, kalau kamu menyasar Gen Z yang peduli isu lingkungan, positioning brand kamu perlu selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan, transparansi, dan sosial impact.
Brand positioning bukan tentang “siapa kamu”, tapi “siapa kamu bagi mereka”.
2. Brand Value Proposition: Apa yang Bikin Brand Kamu Relevan dan Berbeda?
Value proposition adalah “janji utama” yang kamu tawarkan ke konsumen—dan ini harus:
- Spesifik
- Relevan
- Unik
Contohnya, Gojek membangun positioning sebagai “solusi super-app” yang cepat, praktis, dan lokal banget. Mereka nggak hanya menawarkan jasa transportasi, tapi ekosistem lengkap yang relevan dengan kehidupan urban Indonesia.
Jangan sampai value proposition kamu terdengar terlalu umum seperti “kami peduli pelanggan”—karena semua brand juga bilang begitu. Buatlah janji yang nyata dan bisa dibuktikan.
3. Analisis Kompetitor: Siapa yang Kamu Lawan dan Di Mana Posisi Mereka?
Sebelum kamu bisa memposisikan diri, kamu harus tahu dulu siapa kompetitormu dan bagaimana mereka memposisikan brand mereka.
Coba jawab:
- Apa kekuatan dan kelemahan kompetitor?
- Apa pesan yang mereka tekankan di marketing mereka?
- Apa celah atau ruang kosong yang belum mereka isi?
Dari sini, kamu bisa menentukan white space—area yang bisa kamu kuasai. Bisa jadi dengan membidik segmen yang lebih spesifik, tone yang berbeda, atau pendekatan layanan yang lebih personal.
4. Brand Personality & Voice: Ingin Dilihat Sebagai Brand Seperti Apa?
Penting untuk memutuskan kepribadian brand kamu: apakah kamu ingin dikenal sebagai brand yang profesional dan tegas, atau santai dan dekat dengan audiens?
Brand personality ini akan menentukan semua bentuk komunikasi kamu—mulai dari gaya caption di Instagram, tone of voice saat membalas komentar, sampai desain visual dan copywriting iklanmu.
Beberapa brand personality populer:
- Ramah dan playful → cocok untuk brand lifestyle Gen Z (seperti Scarlett atau Emina)
- Profesional dan modern → cocok untuk brand teknologi dan B2B (seperti Microsoft atau Notion)
- Elegan dan eksklusif → cocok untuk brand fashion premium (seperti Dior atau Chanel)
5. Emosi yang Diciptakan: Perasaan Apa yang Ingin Kamu Tinggalkan di Konsumen?
Brand positioning yang hebat selalu menyentuh sisi emosional. Bahkan jika produk kamu adalah benda fungsional, kamu tetap bisa membangun persepsi emosional.
Contohnya:
- Apple membangun rasa “inovatif dan eksklusif”
- Tokopedia menciptakan kesan “kita bisa” (empowering)
- Wardah membangun citra “cantik yang halal dan aman”
Konsumen jarang membeli hanya karena spesifikasi produk. Mereka membeli karena ingin merasa diterima, keren, aman, atau terinspirasi. Maka, pastikan brand positioning kamu mampu menyentuh rasa.
Baca juga: Copywriting: 6 Cara Membuat Hook dan Call to Action yang Menarik dan Engaging
Contoh Brand Positioning yang Sukses
Untuk memahami lebih dalam, berikut contoh brand positioning dari beberapa brand ternama:
- Apple – Inovasi & Eksklusivitas
Apple memosisikan diri sebagai brand premium yang menggabungkan teknologi mutakhir dengan desain minimalis dan elegan. - Gojek – Super App Lokal
Gojek menempatkan dirinya sebagai solusi hidup sehari-hari masyarakat Indonesia—dari transportasi, makanan, hingga keuangan. - Tolak Angin – Obat Herbal Modern
Brand ini berhasil menggabungkan tradisi jamu dengan modernitas, dan memosisikan produknya sebagai solusi herbal yang terpercaya dan ilmiah. - Netflix – Hiburan Kapan Saja, Di Mana Saja
Netflix memosisikan dirinya sebagai platform streaming personal dengan konten yang sesuai minat pengguna. - Wardah – Kosmetik Halal & Inspiratif
Wardah menargetkan perempuan muslim modern yang mencari produk kecantikan halal dan berkualitas.
Jenis-Jenis Strategi Brand Positioning
Brand positioning bukan strategi satu dimensi. Dalam praktiknya, banyak brand menggunakan berbagai pendekatan tergantung pada karakter produk, audiens yang disasar, dan keunikan pasar yang ingin mereka kuasai. Berikut ini adalah beberapa pendekatan strategis dalam brand positioning yang umum digunakan dan terbukti efektif:
1. Positioning Berdasarkan Harga dan Kualitas
Ini adalah salah satu pendekatan paling klasik namun tetap relevan. Brand memosisikan diri berdasarkan persepsi harga yang ditawarkan, dikombinasikan dengan kualitas produk atau layanan yang diberikan.
- Contoh Low Price – Functional: IKEA IKEA dikenal sebagai brand furnitur dengan positioning murah namun fungsional. Mereka tidak menjual eksklusivitas, tapi kemudahan, efisiensi, dan desain sederhana yang bisa dibongkar pasang—cocok untuk keluarga muda atau mereka yang baru pindah rumah.
- Contoh Premium Price – High Quality: Rolex Rolex bukan hanya soal jam tangan, tapi simbol status dan eksklusivitas. Mereka menempatkan diri sebagai produk mewah yang dibuat dengan ketelitian tinggi dan presisi Swiss. Konsumen membayar mahal untuk kualitas, warisan sejarah, dan prestige.
Strategi ini cocok digunakan jika kamu ingin menekankan value uang (value for money), atau justru ingin membangun persepsi sebagai produk eksklusif.
2. Positioning Berdasarkan Manfaat Produk
Kalau produkmu punya keunggulan atau fungsi tertentu yang sangat spesifik dan dibutuhkan pasar, maka positioning berdasarkan functional benefit ini bisa jadi senjata utama.
- Contoh: Sensodyne Pasta gigi ini sangat dikenal karena positioning-nya yang khusus untuk gigi sensitif. Mereka tidak bersaing langsung dengan brand lain yang menawarkan “gigi putih” atau “nafas segar”, tapi fokus pada solusi spesifik untuk permasalahan yang niche.
- Contoh lain: Head & Shoulders Brand ini memosisikan dirinya sebagai solusi utama untuk ketombe. Bahkan slogan klasiknya: “Clinically proven to reduce dandruff” masih melekat di benak banyak orang sampai sekarang.
Kunci dari pendekatan ini adalah: kenali problem spesifik konsumen, lalu posisikan brand kamu sebagai solusi paling tepat.
3. Positioning Berdasarkan Emosi
Manusia membeli bukan cuma karena logika, tapi karena emosi. Itu sebabnya banyak brand besar memanfaatkan pendekatan emosional untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumennya.
- Contoh: Dove
Dove berhasil menanamkan citra bahwa mereka bukan hanya merek sabun, tapi simbol dari self-love, natural beauty, dan penerimaan diri. Iklan-iklan mereka lebih menekankan pada cerita personal, keragaman bentuk tubuh, dan kecantikan dari dalam. - Contoh lain: Coca-Cola
Coca-Cola memposisikan dirinya sebagai minuman kebahagiaan, bukan hanya pelepas dahaga. Mereka tak pernah lepas dari kampanye penuh emosi seperti “Share a Coke”, “Taste the Feeling”, dan momen-momen kebersamaan.
Kalau brand kamu ingin membangun loyalitas jangka panjang, pendekatan emosional bisa menjadi pilihan positioning yang sangat powerful.
4. Positioning Berdasarkan Target Audience
Beberapa brand memilih untuk memfokuskan diri pada segmen audiens tertentu dan menyesuaikan seluruh strategi komunikasinya agar sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan kelompok tersebut.
- Contoh: Jenius
Jenius menempatkan dirinya sebagai bank digital untuk generasi muda. Gaya komunikasinya kasual, interface-nya modern, dan fitur-fiturnya disesuaikan dengan kebutuhan anak muda seperti budgeting otomatis, split bill, dan kontrol keuangan digital. - Contoh lain: MamyPoko
Brand popok ini jelas memposisikan dirinya untuk ibu dan bayi. Semua komunikasi brand mereka sangat fokus pada kehangatan keluarga, perhatian ibu, dan kenyamanan bayi.
Jika kamu punya produk yang sangat segmented, positioning berdasarkan target audience bisa membantumu lebih nyambung dan relevan di mata pasar.
“Products are made in a factory but brands are created in the mind.”
— Walter Landor, pendiri agensi branding Landor Associates
Kesalahan Umum dalam Brand Positioning
Meski brand positioning terlihat simpel di atas kertas, banyak brand—terutama yang baru mulai—jatuh ke dalam jebakan strategi yang kurang tepat. Berikut beberapa kesalahan umum yang perlu dihindari agar positioning brand kamu benar-benar efektif.
1. Ingin Menjangkau Semua Orang
Salah satu kesalahan terbesar adalah mencoba menjadi segalanya bagi semua orang. Target pasar yang terlalu luas justru membuat brand kehilangan fokus dan keunikan. Akibatnya, pesan brand jadi terlalu umum dan tidak menyentuh siapa pun secara spesifik. Ingat, “when you market to everyone, you market to no one.”
2. Pesan Tidak Konsisten
Brand yang terlalu sering mengubah tone, gaya visual, atau value proposition bisa membuat konsumen bingung dan kehilangan kepercayaan. Konsistensi bukan hanya soal desain atau logo, tapi juga cara brand berbicara, menampilkan diri, hingga merespons isu. Konsumen butuh stabilitas untuk bisa percaya dan mengingat sebuah brand.
3. Kurang Diferensiasi
Jika brand kamu tidak menawarkan nilai unik yang membedakan dari kompetitor, maka sangat sulit untuk membangun positioning yang kuat. Jangan hanya ikut-ikutan tren—pahami kekuatan internal brand dan gali potensi diferensiasi yang bisa membuat brand kamu stand out di pasar.
4. Terlalu Fokus pada Produk Saja
Banyak bisnis terlalu fokus menjual fitur produk, tanpa memperhatikan aspek emosional dan persepsi yang dibentuk konsumen. Padahal, keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh bagaimana konsumen merasakan brand, bukan hanya spesifikasi teknis. Positioning yang sukses selalu menyentuh emosi dan membangun hubungan personal.
Baca juga: Search Engine Marketing: Strategi Jitu Tembus Halaman Pertama & Kenali 5 Tools Wajibnya!
Kesimpulan
Di era digital yang serba cepat ini, brand positioning bukan lagi pilihan—melainkan keharusan. Tanpa posisi yang jelas, brand kamu akan susah bersaing dan sulit membangun loyalitas.
Dengan memahami apa yang dimaksud dengan brand positioning, mempelajari contoh brand positioning sukses, dan menyadari apa manfaat brand positioning untuk bisnis, kamu bisa mulai membentuk strategi yang lebih solid dan berkelanjutan.
Ingin belajar lebih dalam soal brand positioning dan digital marketing langsung dari ahlinya?
Yuk, gabung di komunitas BelajarSosmed.com dan mulai perjalanan belajarmu bersama praktisi industri!
Daftar Pustaka
- Kotler, P. (2021). Marketing Management. Pearson Education.
- Neumeier, M. (2005). The Brand Gap. New Riders.
- LinkedIn. (2024). Jobs on the Rise Report. https://www.linkedin.com/pulse/linkedin-jobs-on-the-rise-2024
- Forbes. (2023). Why Brand Positioning Is Crucial In Marketing Strategy. https://www.forbes.com/sites/forbescommunicationscouncil/2023/06/15/why-brand-positioning-is-crucial
- HubSpot. (2024). What Is Brand Positioning?. https://blog.hubspot.com/marketing/brand-positioning
- Harvard Business Review. (2022). How to Build a Brand That Customers Love. https://hbr.org/2022/05/how-to-build-a-brand-that-customers-love
Pingback: 7 Tools SEO Gratis & Powerful untuk Optimasi Website: Panduan Lengkap Untuk Pemula! - belajarsosmed.com